mOaB8SxtB0X1FfqkEcWCngeyJrUW9rkTfz5H9ziF

Mengenal Tanda Trauma Finansial, Tanpa Sadar Kamu bisa Mengalaminya!

 

Menganal tanda trauma finansial

Hai!

Apakah ada yang mengenal tentang trauma finansial? Awalnya saya bingung, jenis trauma apa lagi nih. Setelah sebelumnya trauma luka pengasuhan masa kecil. 

Ternyata hal ini tidak berbeda jauh dengan trauma lainnya, hanya saja trauma yang dialami seseorang yang berkaitan dengan keuangan. Tanpa sadar sebagian orang mengalaminya dan terabaikan.

Berawal dari saya melihat postingan Instagram story Anisa Apriani, seorang hipnoterapis. Sedang melakukan survey tentang permasalahan keuangan. Apakah dari survey yang disebutkan ada yang pernah mengalaminya.

Saya pun mencoba menjawab pertanyaan survey tersebut. Dan mengejutkannya dari 6 pertanyaan tersebut. Saya merasa pernah mengalaminya. Perasaan yang hadir kaget dan bingung, terus bagaimana kalau ternyata itu berhubungan dengan trauma finansial. 

Anisa Apriani pun membuka kelas rewriting your money story. Cara untuk merubah mindset mengenai rezeki, sekaligus menarik kelimpahan pada hidup. Bonus tambahan ada sesi panduan terapi yang bisa dilakukan mandiri. Alhamdulillah ya, ada rezeki untuk bisa ikut dan gabung dikelasnya.

Nah, kali ini saya mau sharing tentang tanda trauma finansial terlebih dahulu. Kemungkinan, bisa ada beberapa artikel untuk sharing pengalaman selama ikut kelas pendampingan ini.

Hakikat Rezeki yang Melimpah

Sebelum mengenal tanda trauma finansial pada diri, pada awal kelas dimulai. Diberikan pertanyaan, apa arti uang dalam hidup? Hal apa saja yang muncul, ketika teh Anisa Apriani mengucapkan kata uang.

Jawaban dari peserta yang mengikuti berbeda-beda. Saya sendiri menjawab, Uang adalah segalanya. Tidak bisa hidup tanpa uang, karena uang sebagai keberlangsungan hidup seseorang.

Dari semua jawaban, tidak dinyatakan benar ataupun salah. Namun, hanya diberitahu bahwa dengan kita memiliki prasangka pada suatu uang. Atau lebih menjunjung tinggi tentang uang. Artinya ada sedikit kesalahan konsep.

Karena seharusnya, kalau mendengar uang itu biasa saja. Uang hanyalah sebagai alat mata uang untuk bertukar menjadi barang yang dibutuhkan.

Uang adalah salah satu bentuk rezeki yang didapatkan. Hidup seorang manusia di dunia, sudah ditentukan rezekinya sampai meninggal nanti. Rezeki itu bukan hanya dalam bentuk uang. Rezeki kesehatan, waktu, termasuk kesempatan bisa bergabung kelas bersama teh Anisa juga merupakan rezeki. 

Rezeki yang melimpah akan mengalir deras, sebagaimana seseorang memiliki prasangka dan keyakinan dalam diri. Oleh karena itu, perlu ditanamkan prasangka yang baik dan hakikat rezeki yang melimpah.

Rezeki bisa diibaratkan menjadi air terjun yang deras mengalir dari suatu ketinggian. Air tersebut terus mengalir tanpa henti. Itulah rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Tinggal bagaimana cara kita menerimanya. 

Kemudian, diberikan pertanyaan kembali. Bagaimana cara untuk bisa mengambil air yang mengalir deras itu? Apa yang terlintas dipikiran kalian? 'ucap teh Anisa kepada para peserta kelas rewriting money.

Saya menyebutkan dengan membayangkan sedang bawa baskom besar duduk di bawah air terjun untuk menampung air yang mengalir. 

Teh Anisa pun berkata bahwa apa yang kita bayangkan itulah konsep rezeki yang ada dalam diri tertanam. Kalau misalnya membayangkan wadah yang dibawanya kecil, artinya hanya bisa menampung airnya sedikit.

Kan seharusnya kita yakin bahwa rezeki itu banyak dan melimpah. Berarti seharusnya bisa membayangkan untuk menampung lebih luas dan besar untuk air yang mengalir. Sebagaimana kita menerima rezeki yang didapatkan sampai saat ini.

Agar memiliki rasa kelimpahan dalam rezeki, maka perlu diubah mindset kembali tentang rezeki itu sendiri. Dari pemikiran yang hadir itu, biasanya tanpa sadar sebagai tanda trauma finansial.

Trauma Finansial

Masalah keuangan menjadi salah satu penyebab utama dari berbagai konflik dalam kehidupan. Bahkan, dalam hubungan keluarga saja bisa menjadi hancur karena masalah keuangan.

Trauma finansial ini tidak harus berasal dari kejadian masa kecil. Trauma ini bisa hadir dari waktu kapan saja, yang membuat diri seseorang punya pemikiran bahwa uang membuat pemiliknya menderita.

Trauma finansial merupakan luka pada emosional seseorang yang menimbulkan pengalaman negatif terkait uang dan kehidupan finansial. Bukan hanya masalah ekonomi dan kekurangan uang dalam hidup, trauma ini bisa terjadi dari beberapa kejadian lain. Misalnya, pernah kena tipu harus bayar uang ke orang lain, usaha yang bangkrut, memiliki hutang dan sebagainya.

Tanda Mengalami Trauma Finansial

Tanda trauma finansial

Trauma Finansial akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal uang. Apabila setiap kejadian yang berkaitan dengan uang, akan ada sikap yang tidak disadari menunjukan penolakan. Berikut beberapa tanda seseorang mengalami trauma finansial.

1. Takut Mengambil Keputusan Finansial

Seseorang yang memiliki rasa takut setiap ingin mengambil keputusan yang berkaitan tentang uang merupakan salah satu tanda trauma finansial.

Misalnya, waktu tagihan listrik yang seharusnya dibayarkan. Akan muncul rasa takut atau cemas meskipun memiliki uang dan pendapatan yang mencukupi. Setiap adanya tagihan itu datang, terus berulang rasa ketakutan untuk membayarnya.

Ketakutan yang hadir itu karena takut kekurangan, kehabisan uang apabila harus mengeluarkan atau membelanjakan sesuatu. Khawatir kondisi uang secara terus menerus meskipun kebutuhan tercukupi dengan baik.

2. Pengeluaran dan Pemasukan Keuangan yang Tidak Sehat

Pengeluaran yang tidak sesuai dengan pemasukan yang dimiliki menjadi tanda lain dalam diri yang mengalami trauma finansial. 

Pengeluaran yang impulsif atau sering belanja berlebihan. Punya pikiran dengan belanja bisa menjadi salah satu pelarian untuk mengatasi diri. Ketika mengalami stress dalam pekerjaan, kelelahan. Dengan belanja sesuatu barang yang belum tentu  dibutuhkan, atau hanya barang yang terlihat lucu bikin hati senang. 

Bisa juga dengan keadaan sebaliknya, menahan diri dengan pengeluaran. Padahal ada kebutuhan yang sudah menjadi kewajiban untuk dibelanjakan. Namun, karena kekhawatiran dengan kondisi uang. Jadi lebih memilih untuk menahan uang untuk tidak keluar.

3. Memiliki Hubungan yang Tidak Sehat Tentang Uang

Sebagaimana memiliki pikiran tentang bahwa uang adalah segalanya, memiliki pandangan bahwa uang itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan hal lain. Selain itu, dalam kehidupan itu rasanya ingin terus mengejar dan mencari uang sebanyak-banyaknya.

Bisa juga yang memiliki anggapan bahwa uang bisa menjadi sumber masalah konflik dengan orang lain. Jadi merasa ingin lebih hati-hati lagi apabila berurusan uang dengan orang lain.

Itu menandakan hubungan yang tidak sehat tentang uang dalam hidup.

4. Menghindari dan Menunda Pengelolaan Uang

Untuk bisa mengelola uang tidak harus memiliki uang yang banyak dulu loh. Ada orang yang berpikir tidak perlu mengelola uang, toh kenyataanya hanya memiliki uang yang cukup untuk harian saja.

Sebenarnya, berapa pun pendapatan uang yang dimiliki. Tetap harus dilakukan pengelola uang dengan baik. Jadi paham tentang pengaturan uang bagaimana yang benar. Namun, terus ada rasa ingin menunda- nunda dalam pengelolaan uang, ntah karena malas atau tidak sempat.

Pentingnya, pemasukan dan pengeluaran keuangan perlu dicatat dengan baik. Agar tidak ada pernyataan 'kemana saja ya, kok uangnya sudah habis lagi'. Karena pembagian pos pengeluaran yang sesuai kebutuhan sangat perlu dilakukan.

Misalnya, seorang mompreuner yang memiliki bisnis sendiri di rumah. Maka perlu pengelolaan keuangan bisnis dengan baik. Dimulai dari pemasukan omset harian, keuntungan bersihnya, pengeluaran modal yang dibutuhkan, sampai sedetail mungkin.

5. Terjebak dengan Hutang

Bagi kamu yang memiliki hutang atau pikiran hutang bisa menjadi solusi permasalahan kebutuhan kamu. Ini salah satu tanda yang perlu disadari. Bahwa punya kebiasaan hutang itu salah satu trauma finansial yang dialami.

Adanya rasa ketakutan tidak cukup kebutuhan, berpikir hutang bisa bantu menutupi kebutuhan menjadi lebih baik. 

Semakin sulit terhindar dari lingkungan hutang, semakin ingin dilunasi. Justru akan terulang dengan pola yang sama walaupun sudah bekerja keras untuk melunasinya.

6. Perasaan Malu dan Takut Saat Menerima Uang

Pernah tidak muncul rasa tidak enak atau rasa tidak nyaman saat diberikan uang atau bantuan orang lain? Saya sendiri sering mengalaminya. Bahkan menerima uang dari suami sendiri. 

Saya sudah merasa malu atau tidak enak ketika harus meminta uang pada suami, padahal itu sudah menjadi hak yang saya dapat.  Pernah berpikir rasa merepotkan dan sering meminta maaf karena telah merepotkan beliau, harus bekerja keras untuk saya. 

Ternyata apa yang saya rasakan ini, salah satu tanda trauma finansial yang saya miliki saat kecil. Apakah ada yang merasakan seperti saya? Atau ada hal yang mirip?

Dari tanda yang disebutkan diatas, apakah teman-teman ada yang mengalaminya? Coba diobservasi satu persatu ya. Agar lebih mengetahui sejak dini tanda trauma finansial yang ada dalam diri. 

Tentu dengan mengetahuinya, kita bisa mulai memproses diri untuk memperbaiki rasa yang hadir itu. Agar trauma masa lalu yang berkaitan dengan uang bisa lepas. Kita pun lebih bebas, lega, tanpa ada rasa kekhawatiran yang berkaitan dengan uang.

Penutup

Masalah keuangan menjadi sumber utama dari segala permasalahan oleh banyak orang. Bahkan, berpikir uang adalah segalanya yang perlu diperjuangkan. Kenyataannya pemikiran yang berlebihan tentang uang merupakan salah satu tanda trauma finansial yang tidak disadari. 

Dengan mengetahui tanda trauma finansial sejak dini, bisa lebih mudah menyembuhkan dan memperbaiki diri agar tidak terjebak terlalu lama. Maka, perlu penyembuhan untuk merubah mindset tentang hakikat rezeki dan tentang uang.

Minimal, mengetahui tanda trauma finansial kita jadi lebih peduli dengan diri sendiri untuk terus memperbaiki menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga bermanfaat ya.
Related Posts
Terbaru Lebih lama
Amicytia Nadzilah
istri, ibu dari dua anak perempuan dan seorang wanita pembelajar menjadi blogger profesional. Tinggal merantau di pulau sebrang singapura, belajar mandiri dan menulis cerita pengalaman yang dilalui.

Related Posts

Posting Komentar