mOaB8SxtB0X1FfqkEcWCngeyJrUW9rkTfz5H9ziF

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan

Konten [Tampil]
Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber : Instagram @rengkuh.banyu

Berawal dari keresahan seorang pemuda melihat keadaan lingkungan di sekitarnya. Di tahun 2018, pemuda ini memiliki banyak kegiatan dalam konservasi lingkungan. Sebuah upaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 

Hingga saat pemuda ini ikut melakukan diving untuk melihat keadaan laut, bukan mendapatkan keindahan terumbu karang dan ikan. Namun, mikroplastik yang memenuhi dasar laut. Potongan kecil dari sampah plastik dan limbah kemasan makanan berupa styrofoam.

Rengkuh Banyu Mahandaru, pemuda yang merasa resah itu. Ia bersama dua rekan temannya yaitu Almira Zulfikar dan Fadhlan Makarim mendirikan Plepah. Sebuah inisiasi pemberdayaan masyarakat di area konservasi melalui pengolahan produk hasil hutan non kayu. 

Dengan memanfaatkan limbah pelepah pinang, Rengkuh dapat menyulap menjadi sebuah kemasan makanan yang ramah lingkungan. Produk yang dihasilkan ini menjadi sebuah alternatif pengganti penggunaan plastik dan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Dimana saat ini semakin banyak penumpukan sampah plastik sekali pakai.

Ancaman Besar Akibat Sampah Sekali Pakai

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber : canva

Penggunaan kemasan sekali pakai seperti plastik dan styrofoam, menjadi mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan yang praktis dan mudah sebagai faktor utamanya. Namun, sayangnya plastik dan styrofoam menjadi ancaman besar bagi lingkungan.

Sebagaimana limbah plastik butuh waktu yang sangat lama untuk terurai. Mulai dari 20 hingga 400 tahun, tergantung dari jenisnya. Dilansir dari laman Human Initiative, limbah plastik terurai bukan kembali ke alam dengan baik. Melainkan limbah plastik hanya berubah menjadi bentuk lebih kecil, disebut mikroplastik. Sayangnya, mikroplastik ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama biota laut.

“belum lama saya mengetahui dari banyak riset yang menyatakan Indonesia menjadi penyumbang sampah kedua terbesar di laut. Dilihat dari kultur masyarakat Indonesia, masih jauh dari kedisiplinan dalam membuang sampah. Termasuk sistem masih banyak yang belum baik. Banyak cerita masyarakat yang sudah peduli dan memilah sampah. Namun, pada akhirnya dibuang ke satu tempat yang sama.”  ~ Rengkuh Banyu Mahandaru, Inisiator Plepah. Ciptakan Produk Kemasan dari Limbah Pelepah Pinang.

Kenyataannya memang benar, dikutip dari laman CNBC Indonesia, dalam pencemaran laut Indonesia menjadi peringkat kedua setelah China, dimana menghasilkan sampah plastik yang memberikan dampak buruk. Berdasarkan data Program Lingkungan Persingkatan Bangsa-bangsa (UNEP), Indonesia setiap tahunnya menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik. Sebanyak 1,29 juta ton berakhir di laut dan mencemari ekosistem di laut. 

Berdasarkan catatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), penduduk Indonesia rata-rata menghasilkan 2,5 liter sampah per harinya. Dimana 14% merupakan sampah jenis plastik yang sulit terurai.

Ancaman besar yang ada itu, membuat Rengkuh tergerak hatinya. Untuk bisa menyediakan solusi alternatif bagi pengguna plastik sekali pakai, sekaligus meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat Indonesia lebih baik.

Plepah Hadir Membawa Berkah

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber: Instagram @plepah_id edit ulang dengan canva

Pemuda yang berkelahiran di Kota Kembang, Bandung memiliki latar belakang sebagai seorang products designers. Dimana dalam pekerjaannya banyak berkaitan dengan industri sosial dan lingkungan.

Rengkuh mendapatkan kesempatan datang ke negara India untuk mempelajari bagaimana membuat kemasan yang ramah lingkungan. 

“Kita melihat negara lain sebenarnya tidak secanggih yang dibayangkan. Di India mereka membungkus makanan dengan daun. Perlu diingat, Indonesia juga melakukan hal yang sama sejak dulu. Namun, secara bentuk dan fungsi belum sempurna ataupun mudah dibawa kemana-mana.” Rengkuh Banyu Mahandaru Co Founder dan CEO Plepah.

Maka, hadirlah Plepah menciptakan sebuah inovasi baru sebagai alternatif kemasan makanan sekali pakai. Produk yang dihasilkan oleh Plepah berasal dari limbah pertanian pelepah pinang. 

Kalau mengingat dengan pohon pinang, umumnya lebih mengenal buah pinang yang sering digunakan masyarakat nyirih buah pinang. Ataupun saat merayakan kemerdekaan Indonesia yaitu lomba panjat pinang. Namun, apakah terbayang bahwa dari limbah pelepah pinang yang sudah kering bisa dimanfaatkan menjadi wadah kemasan makanan ramah lingkungan. Sebelumnya pelepah pinang hanya menjadi limbah pertanian yang dibuang begitu saja atau dibakar oleh petani. 

Rengkuh bersama timnya melakukan metode pendekatan edukasi dan mengajak kerjasama kepada para petani pinang untuk mengumpulkan limbah pelepah. Dengan meyakinkan limbah pelepah pinang yang sering diabaikan dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual.  

Ada beberapa kriteria khusus limbah pelepah pinang yang bisa digunakan, antara lain : limbah pelepah yang sudah kering, ukuran cukup lebar, dan pelepah tidak berjamur. Pelepah yang sudah dikumpulkan, kemudian perlu dipilah kembali agar mendapatkan yang berkualitas. Pelepah pinang akan dipotong dengan ukuran 40 cm dan dijemur hingga kering. Kemudian ditumpuk dan diikat untuk dijual ke Tim Plepah dengan harga Rp 1.000 - 1.200 per kg.

Dimana hal tersebut menjadi peluang besar bagi masyarakat dan petani pohon pinang bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Tim Plepah mendapatkan limbah pelepah dari wilayah Jambi yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat. Pemilihan daerah tersebut berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, luas tanaman pinang di tahun 2020 sebanyak 22 ha. Artinya ¾ wilayah disana lahan ditanami pohon pinang.

Rengkuh dipertemukan oleh Bapak Supriyanto, selaku ketua koperasi Desa Mendis Maju Bersama. Bergandeng tangan dengan Supriyanto mengajak masyarakat untuk mengelola limbah agriculture komunitas pohon pinang sebagai pendapatan tambahan dengan produksi produk eco friendly food packaging and food ware.

Masyarakat dan komunitas pohon pinang pun baru menyadari bahwa limbah pinang ini bisa mendatangkan berkah yang bernilai ekonomi bagi mereka. 

Tantangan yang dihadapi Plepah

Menuju kesuksesan Plepah tidaklah berjalan dengan mudah dan mulus. Berawal dari meyakinkan para petani untuk bekerja sama untuk mengumpulkan limbah pelepah pinang pun tidak mudah. 

Agar membangun kepercayaan dan kepastian saat petani sudah siap mengumpulkan limbah, tim Plepah langsung menjemput tepat waktu. Disitulah ada transaksi yang dilakukan, sehingga para petani mendapatkan manfaat setelah mengumpulkan limbah pelepah.

Tantangan bukan hanya di awal produksi kemasan Plepah. Namun, Plepah juga mendapat tantangan saat pemasaran produk. Memang produk Plepah mendapatkan dampak positif di pasar dan memiliki permintaan yang cukup banyak. 

Dari segi nilai jual produk Plepah memang masih jauh lebih mahal dibandingkan dengan kemasan sekali pakai berbahan plastik dan styrofoam.

Di pasar harga kemasan makanan styrofoam hanya dijual dengan harga Rp 250 - 300 per pcs. Sedangkan, harga Plepah sekitar Rp 5.000 per pcs. 

Hal itu menjadi tantangan berikutnya yang perlu diupayakan hingga kini. Dengan menekan biaya dari segala aspek, agar bisa memberikan nilai jual yang terbaik di pasar.

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber : Instagram @plepah_id di desain ulang dengan canva

Meskipun, harga produk Plepah yang masih tinggi. Potensi kesadaran masyarakat akan penggunaan plastik sekali pakai yang berdampak tidak baik terhadap lingkungan dan kesehatan semakin meningkat. Sehingga secara sadar, masyarakat mulai berpindah dan mencari produk kemasan yang ramah lingkungan. 

Plepah pun yakin bahwa ini akan terus bisa bermanfaat secara berkelanjutan di masa depan. Secara perlahan, Rengkuh dan tim Plepah memberikan edukasi langsung dengan cara mengajak kerjasama dengan pemilik restoran, ecommerce produk makanan, dan teman-teman di industri food beverage dan perhotelan.

Keunggulan dari Produk Plepah

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber : Instagram @Plepah_id

Dibalik banyaknya tantangan yang dihadapi selama produksi kemasan ramah lingkungan. Plepah tetap memperhatikan kualitas dan keunggulan fungsi dari produk yang dihasilkan. Agar masyarakat tertarik dan bisa beralih ke kemasan ramah lingkungan.

Produk kemasan makanan yang diproduksi Plepah dapat terurai dalam 60 hari baik di tanah maupun lautan. Jadi tidak perlu khawatir akan mencemari lingkungan.

Kemasan makanan dari Plepah bisa digunakan berulang kali dengan cara dibersihkan dan dikeringkan kembali. Dikutip dari laman validnews.id, produk kemasan Plepah memiliki keunggulan, antara lain :

  • 100% berbahan alami
  • Aman digunakan untuk menyimpan / menaruh makanan
  • Dapat menahan panas hingga 200 derajat celcius dan tahan dingin hingga minus 3 derajat celcius
  • Tahan air
  • Disterilisasikan melalui proses UV

Produk kemasan Plepah sebelum diproduksi sudah melalui beberapa tahapan, termasuk penelitian terlebih dahulu. Sehingga dipastikan aman digunakan wadah makanan.

Selain itu, sebelum pencetakan kemasan makanan. Perlu melalui proses yang detail seperti pencucian, pengeringan, pencetakan dengan mesin sesuai bentuk yang sudah disiapkan, proses sterilisasi kembali sebelum digunakan oleh konsumen.

Plepah : Bisnis Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Usaha Rengkuh dan tim Plepah sangatlah inspiratif dan menjadi gerakan yang perlu terus didukung. Menuju Indonesia bebas dari limbah plastik yang mengakibatkan masalah lingkungan. 

Plepah dibangun menjadi sebuah bisnis ramah lingkungan dan terus berkelanjutan menebar manfaat kepada seluruh masyarakat. Maka tidak heran, Plepah mendapatkan banyak dukungan dan apresiasi dari berbagai pihak. Plepah merupakan salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2023. Pada bidang Kelompok, artinya gabungan antara beberapa bidang seperti lingkungan, teknologi dan kewirausahaan.

Rengkuh memang patut menerima penghargaan tersebut. Karena usaha dari apa yang dilakukan dapat membantu mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik, khususnya dalam lingkungan.

Mimpi Masa Depan Bagi Plepah

Proses pengenalan dan pemasaran produk memang bukan hal yang mudah. Tim Plepah tetap yakin dan berupaya untuk mewujudkan mimpi masa depan menyediakan solusi pengganti penggunaan plastik sekali pakai.

Rengkuh berharap lebih besar produk Plepah bukan menjadi produk segmentasi khusus yang digunakan. Namun, sebagai produk yang dapat digunakan sehari-hari oleh masyarakat.

Agar bisa mencapai segmentasi yang lebih luas, maka perlu usaha dan perjuangan lebih agar seluruh masyarakat Indonesia mengenal produk Plepah. Berfungsi sebagai packaging atau kemasan yang berbahan biomass, bahan organik dari tumbuhan serta ramah lingkungan. 

Selain itu, bukan hanya memikirkan keuntungan untuk Plepah sendiri. Namun, memiliki visi meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat. Karena inovasi ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. 

“membangun bisnis bukan hanya mencari keuntungan semata. Tapi juga membicarakan bagaimana produk yang dihasilkan berdampak secara lingkungan dan sosial”

Plepah juga terus  berusaha berkembang dan mencari inovasi baru bersama pelaku usaha lainnya untuk bekerjasama. Agar bisa terus menciptakan peluang lebih banyak lagi memproduksi kemasan untuk kebutuhan sehari-hari.

Plepah : Limbah Pelepah Pinang Membawa Berkah Untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber : Instagram @Plepah_id

Kesimpulan Plepah Membawa Berkah

Dari awal, Rengkuh Banyu Mahandaru mendirikan Plepah mendapatkan banyak dukungan dari semua pihak. Sehingga, Plepah membawa berkah bagi semua kalangan masyarakat yang terlibat.

Segi lingkungan, kemasan Plepah tidak akan merusak lingkungan. Karena berbahan dari tumbuhan alami, maka akan terurai dengan baik kembali ke alam.

Sedangkan, secara segi ekonomi dan sosial. Masyarakat yang ikut serta mengambil peran bisa mendapatkan pundi-pundi uang berkat limbah pelepah pinang. 

Harapan Plepah bisa terus melebarkan sayapnya untuk menjadi solusi permasalahan sampah plastik di lingkungan, sekaligus menggerakan perekonomian masyarakat lebih baik.

#LFAAPADETIK2024 #BersamaBerkaryaBerkelajutan #KitaSATUIndonesia

Referensi :

  1. https://human-initiative.org/waktu-sampah-terurai/
  2. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20240526181939-33-541216/5-negara-penghasil-sampah-laut-terbesar-di-dunia-ri-termasuk
  3. https://m.kumparan.com/salmasiti176/meningkatnya-sampah-plastik-di-indonesia-22z7poliQww/1q
  4. Channel YouTube CNN Indonesia - Peluang Berkah dari Limbah Pelepah, Link : https://youtu.be/LWSfxHUgec4?si=l05pxlH4XZtTYBXi
  5. Channel YouTube Jimmy Oentoro Channel - Krisis Lingkungan : Pertarungan Melawan Plastik| Satu Cerita Untuk Indonesia, Link: https://youtu.be/FwBc4KZ2Z-M?si=tarc7c3qwl6CECf
  6. E-booklet 15th SIA 2024, Link : https://fliphtml5.com/lsnfk/ypnw/FA_E-Booklet_15th_SIA2024_-_Reworks/112/

Related Posts
Amicytia Nadzilah
istri, ibu dari dua anak perempuan dan seorang wanita pembelajar menjadi blogger profesional. Tinggal merantau di pulau sebrang singapura, belajar mandiri dan menulis cerita pengalaman yang dilalui.

Related Posts

Posting Komentar